Ayah Ini Dilecehkan Ortu Lain Karena Berpakaian Compang Camping, Tapi "1 Kalimat" Darinya Bikin Seisi Ruangan Bungkam!

Sejak pukul 7 pagi, satu per satu orang tua mulai berdatangan memasuki kelas. Sebelum duduk di kursi khusus yang sudah terpampang nama anaknya masing-masing, mereka menandatangani absen terlebih dahulu. Sekilas memandang, terlihat mereka semua mengenakan pakaian yang bagus dengan dandanan yang rapi.

Di antara barisan belakang tiba-tiba terdengar salah satu orang tua berkata, "Tak heran jika nilai Xu Yu sangat jelek, ternyata guru memberikannya tempat duduk di bagian belakang!"

Sponsored Ad

Tak lama kemudian, guru pun memasuki kelas untuk memulai acara. Namun, baru saja pintu kelas ditutup, tiba-tiba saja ada yang mengetuknya. Ketika dibuka, tampaklah seorang pria setengah baya mengenakan pakaian penuh debu. Kedua kakinya mengenakan sepasang sepatu jelek yang berlumuran lumpur. Sambil tersenyum, dia meminta maaf kepada guru. Dari logat bicaranya, bisa dipastikan jika dia berasal dari desa.

"Anda adalah orang tua dari..." tanya guru.

Sponsored Ad

"Saya adalah ayah dari Wang Zhihao!"

"Oh..." sang guru terlihat terkejut.

"Permisi, di mana aku harus duduk?"

Mendengar itu, seisi kelas tertawa. Salah satu dari para orang tua murid kemudian berteriak, “Kursimu di sebelah kanan itu! Bukankah nama anakmu terpampang jelas di sana?”

Sponsored Ad

Melihat Bapak Wang akan duduk, guru buru-buru mencegah dan berkata, “Pak, tolong tanda tangani dulu absen ini…”

Dia pun mengambil pulpen sambil gemetaran. Wajahnya terlihat ketakutan. Setelah berlalu beberapa saat, guru yang mengira dia tidak bisa menemukan nama anaknya di kertas absen kemudian menunjuk salah satu kolom dan berkata, “Tolong tanda tangani di sini, Pak…”

“Terima kasih dan maaf sudah merepotkan. Sebenarnya aku ini tidak bisa membaca…”

Di detik selanjutnya terdengar tawa lain dari barisan sebelah kanan.

Sponsored Ad

"Oh, tidak apa-apa, Pak. Sekarang silakan Anda duduk di kursi sebelah sana."

Setelah melihat Bapak Wang duduk, guru melanjutkan, "Selamat pagi Bapak dan Ibu sekalian. Hari ini adalah hari terakhir semester ini. Saya ingin mengucapkan terima kasih terlebih dahulu untuk kerja samanya selama 1 semester. Sebelum memulai pembagian rapor, saya ingin memanggil orang tua dari Wang Zhihao untuk maju ke depan kelas. Seperti semester-semester sebelumnya, semester ini Wang Zhihao juga memperoleh nilai terbaik. Dia juga sangat rajin, tidak pernah terlambat, dan bergaul baik dengan siapapun. Mari kita dengarkan langsung apa rahasianya."

Sponsored Ad

Di detik selanjutnya, terdengar banyak suara berbisik di ruang kelas. Mendengar dirinya di panggil, Bapak Wang segera bangkit dan berjalan menuju depan kelas. Baru saja berjalan beberapa langkah, karena gugup dia tidak sengaja menabrak bangku hingga bangku itu terguling. Dia pun mengangkat kembali bangku itu sambil berulang kali meminta maaf kepada seisi kelas.

Setibanya di depan, dia berkata, "Saya tidak melakukan sesuatu yang khusus dalam mendidik Wang Zhihao. Setiap kali dia mengerjakan PR, tidak peduli seberapa lelahnya, saya akan duduk di sampingnya sambil memperhatikan. Pernah suatu kali dia menanyakan apakah saya bisa mengerti dengan apa yang sedang dikerjakannya. Saya mengatakan bahwa saya tidak mengerti. Setelah itu dia kembali menanyakan bagaimana saya bisa tahu dia belajar dengan baik atau tidak.

Sponsored Ad

Saya mengatakan padanya bahwa saya bisa melihat semua itu dari caranya mengerjakan PR. Jika dia mengerjakan dengan cepat dan semangat, itu berarti dia menguasai materi pelajaran. Tapi, jika dia mengerjakannya dengan diselingi banyak hal, seperti berulang kali minum, ke toilet, dan sebagainya, itu berarti dia tidak menguasai materi yang diajarkan.

Setiap harinya saya sibuk bekerja di lokasi proyek. Tapi, sesampainya di rumah saya pasti selalu mengajak Zhihao mengobrol banyak hal. Akhir pekan, biasanya saya juga mengajak dia ke taman sambil berbincang-bincang.

Sponsored Ad

Suatu kali, saya bertanya padanya apakah dia ingin keluar negeri. Dia mengatakan bahwa dia ingin. Saya pun memintanya untuk belajar giat. Dia kemudian menganggukkan kepala.

Saat saya melihat ke gedung tinggi, saya menanyakan padanya apakah dia ingin tinggal di rumah yang besar dan megah. Dia menjawab bahwa dia ingin. Saya pun kembali memintanya untuk belajar dengan giat.

Ketika melihat ada mobil mewah yang melintas di jalan, saya menanyakan padanya apakah dia ingin memiliki mobil seperti itu. Tanpa ragu dia menjawab bahwa dia ingin. Saya pun memintanya supaya belajar lebih giat lagi.

Sponsored Ad

Saya memang tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali, tidak bisa membaca, tidak bisa berhitung, dan tidak tahu harus mengajarkan apa kepada dia. Saya hanya bisa mendampingi dan mengajaknya bicara saja. Oleh karena itu saya sangat berterima kasih pada guru-guru yang telah mengajar anak saya dengan sabar. Terima kasih untuk kerja keras Anda semua selama ini"

Setelah itu, dia membungkuk pada guru dalam-dalam. Melihat itu semua, seisi kelas menjadi hening. Kebanyakan orang tua akan membanggakan dirinya sendiri saat anaknya berprestasi dan ketika anaknya gagal, mereka tanpa ragu akan langsung menyalahkan gurunya. Tapi Bapak Wang malah berlaku sebaliknya.

Sponsored Ad

Ketika Bapak Wang akhirnya kembali ke tempat duduk, seisi kelas menadadak ramai dengan tepuk tangan. Mereka semua memberikan apresiasi tertinggi pada Bapak Wang!


Sumber: injurylawyernewportnews


Kamu Mungkin Suka