6000 Anak Tangga Dipahat di Atas Gunung, “Lambang Cinta” Sang Suami pada Istrinya. Mereka Hidup Mengasingkan Diri dari Masyarakat Karena Alasan Ini!

Di China ada kisah cinta sejati yang menginspirasi kehidupan banyak orang. Kisah tersebut dikenal dengan nama “Ladder of Love” atau tangga cinta. Pada tahun 1950-an, seorang pemuda bernama Liu Guojiang dari Chongqing, Tiongkok yang masih berumur 20 tahun jatuh cinta pada Xu Chaoqing seorang janda yang 10 tahun lebih tua darinya.

Pada masa itu, jika seorang pemuda menikah dengan wanita yang lebih tua tindakan itu dianggap amoral dan tidak bisa diterima oleh masyarakat. Akhirnya, mereka memutuskan untuk tinggal di sebuah gua di Desa Jiangjin, sebelah selatan Chongqing dan menjalani hidup terpisah dari masyarakat setempat.

Kehidupan mereka awalnya sangat susah. Karena tidak memiliki apa-apa, tidak ada listrik dan makanan. Mereka bertahan hidup dengan makan rumput-rumputan dan akar-akaran yang ada di gunung.

Dua tahun tinggal di gunung, Liu pun mulai memahat dinding gunung untuk membuat anak-anak tangga supaya istrinya bisa turun gunung dengan mudah. Untuk membuat anak tangga itu dibutuhkan waktu selama kurang lebih 50 tahun tanpa henti.

Tahun 2001, para pengembara yang jalan-jalan di hutan itu sangat terkejut saat menemukan pasangan lanjut usia dan 6000 anak tangga.

Pemerintah setempat lalu memutuskan untuk melestarikan anak tangga cinta itu dan tempat tinggal mereka dijadikan museum agar selalu bisa dikenang.


Kisah mereka berawal ketika Liu masih berumur 16 tahun dan Xu Chaoqing 26 tahun. Di usia Xu yang ke 13, dia bertunangan dan kemudian menikah pada usia 16 tahun. Namun, sayangnya sang suami menutup usia karena meningitis akut. Xu pun menjadi janda di usia 26 tahun dengan 4 orang anak.

Setelah ditinggalkan suami untuk selamanya, Xu hidup susah bersama 4 anaknya. Kadang mereka tidak makan, Xu membawa mereka ke gunung dan makan seadanya. Bahkan untuk membeli garam seharga 3 sen saja dia tidak sanggup. Dia harus merajut sandal jerami dan menjualnya seharga 5 sen sepasang untuk mendapat uang.

Suatu hari, Xu dan anaknya terjatuh ke sungai. Saat itulah Liu menyelamatkan mereka. Sejak itu, Liu jadi sering membantu Xu. Menimba air, memotong kayu bakar, dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Selama 4 tahun hal itu berjalan dan lama kelamaan mulai tumbuh benih cinta di antara mereka.

Agustus 1956, mereka memutuskan untuk pergi dari desa agar tidak terusik oleh nyinyiran penduduk. Mereka menjalani hidup seperti orang primitif. Liu membuat lampu kerosene.

Bahkan Liu memahat 6000 anak tangga dengan tangannya sendiri. Setiap kali habis hujan, Liu akan membersihkan setiap tangga agar tidak licin dan tidak ada tumbuh lumut di sana.

“Hati saya serasa teriris melihatnya memahat anak tangga itu, tetapi dia selalu bilang, tangga itu untuk kenyamananmu saat turun gunung, lagipula saya juga jarang turun gunung,” kenang Xu Chaoqing sambil menangis.

Mereka hidup bersama selama 56 tahun. Hingga akhirnya Liu yang berusia 72 tahun jatuh ketika kembali dari pekerjaannya di kebun dan akhirnya meninggal dalam pangkuan sang istri.

“Engkau berjanji untuk menjagaku, dan akan selalu bersamaku sampai hari aku meninggalkan dunia, kini engkau meninggalkan aku lebih dulu, bagaimana aku bisa hidup tanpamu?” Begitu yang diucapkan Xu di depan peti mati suaminya.

5 tahun kemudian, tahun 2012 Xu menyusul Liu dalam usia 87 tahun. Untuk mengenang kisah cinta mereka, penduduk membangun patung keduanya di bawah gunung. Tahun 2012, para relawan menggunakan mawar putih mengalasi lebih dari 6000 anak tangga pada Ladder of Love.

Ladder of Love menjadi bukti akan masih adanya cinta sejati, kesetiaan dalam keadaan susah maupun senang. Pasangan ini memberikan ilham dan inspirasi bagi generasi selanjutnya. Bahwa apapun tidak ada yang sulit selama kita percaya pada kekuatan cinta dan tulus mencintai seseorang.  

  

Sumber: Erabaru

Video rekomendasi:

Kamu Mungkin Suka